Senin, 24 Oktober 2011

Tokoh Koperasi

*BUSTANIL ARIFIN*


 Pelopor Koperasi Unit Daerah
  • Keterangan
Bustanil Arifin (lahir di Padang Panjang, Sumatera Barat, 10 Oktober 1925 – meninggal di Los Angeles, Amerika Serikat, 13 Februari 2011 pada umur 85 tahun) adalah seorang politikus Indonesia. Ia pernah menjabat Kepala Badan Urusan Logistik dan Menteri Koperasi Indonesia. Ia menikah dengan R.A. Suhardani.
  • Perjalanan Hidup
 Dunia perkoperasian Indonesia bersedih. Salah satu tokoh yang begitu mewarnai denyut nadi perkoperasian Indonesia -- Bustanil Arifin -- telah tiada. Sang Khalik memanggil tokoh yang dikenal begitu kebapakan di mata karyawannya itu pada 13 Februari di Los Angeles, Amerika Serikat pada usia 85 tahun."Ini kehilangan besar bagi bangsa kita, seorang putra bangsa terbaik, Bustanil Arifin, telah meninggalkan kita," kata Menteri Sjarifuddin Hasan.

Ia mengatakan, Bustanil Arifin telah meletakkan dasar pendidikan koperasi yang sangat patut untuk diteladani dan dilanjutkan di Indonesia.Menurut Menteri, Bustanil yang pernah menjabat sebagai Menteri Muda Urusan Perkoperasian merangkap Ka Bulog merupakan tokoh yang sangat "concern" terhadappendidikan perkoperasian di Indonesia."Beliau sangat menyadari betapa koperasi sangat berperan penting dalam perekonomian rakyat," katanya.

Bahkan, sampai menjelang ajal menjemputnya, Menteri Sjarifuddin, masih bisa merasakan peran Bustanil Arifin sekaligus jasa-jasanya dalam membangun koperasi Indonesia.

Pada era Orba, Bustanil menjabat sebagai Menteri Koperasi/Kepala Bulog pada Kabinet Pembangunan IV (19 Maret 1983 - 21 Maret 1988) menggantikan Radius Prawiro.Kemudian pada Kabinet Pembangunan V (21 Maret 1988 - 17 Maret 1993) diangkat kembali menduduki jabatan yang sama hingga kemudian posisi Menteri Koperasi digantikan Subiakto Tjakrawerdaja pada Kabinet Pembangunan VI.

Sejak Januari 2011, pensiunan letnan jenderal yang sekaligus suami RA. Suhardani itu dirawat di RS Cedars Sinai Hospital Los Angeles karena sakit komplikasi diabetes.Pria kelahiran Padang Panjang, Sumatra Barat, 10 Oktober 1925 itu dikenal sangat dekat dengan karyawannya. Pak Bus, begitu biasa ia disapa, memberi perhatian terhadap kesejahteraan para karyawan Departemen Koperasi."Beliau sangat memikirkan kesejahteraan karyawan terutama karyawan yang paling bawah.

Istilahnya, mereka itu harus kenyang dulu," kata Sekretaris Menteri Koperasi Guritno Kusumo ketika menceritakan kenangan selama bersama Bustanil Arifin.Guritno mengenal sosok Bustanil ketika ia menjadi karyawan Bulog. Sebagai staf ketika itu, ia ditunjuk untuk bertugas membantu Pak Bus sebagai Menteri Muda Koperasi."Saya waktu itu sebagai pegawai Bulog baru delapan bulan, dan ditunjuk untuk bertugas membantu Pak Bus yang mendapat jabatan menteri muda koperasi," katanya.

Salah satu kenangan yang sulit dilupakan, kata Guritno, adalah kebiasaan Pak Bus untuk selalu mengenalkan semua stafnya dalam setiap rapat koordinasi dengan instansi lain."Sebagai staf yang baru bekerja ini suatu yang luar biasa. Kita disebut-sebut dalam rapat yang pesertanya para petinggi," katanya.

Salah satu kebijakan yang luar biasa pada masa Bustanil Arifin, adalah ketika ia mampu menaikkan harga susu dari Rp60 per liter pada tahun 1978 menjadi Rp180 per liter."Pak Bus mewajibkan industri pengolah susu (IPS) untuk membeli susu peternak sapi," katanya.Bahkan dalam kurun delapan tahun, serapan susu produk peternak oleh industri pengolah susu bisa ditingkatkan luar biasa. Pada awalnya serapan susu berdasar rasio satu banding delapan, artinya setiap satu liter susu peternak, IPS akan mengimpor delapan liter susu.Namun dalam waktu delapan tahun rasio itu bisa menjadi satu banding satu dengan mendatangkan sapi impor sekitar 100 ribu ekor.

Bustanil juga sangat perhatian dalam pembinaan karyawan, bahkan ada motto "tiada hari tanpa prestasi" ketika itu. "Bagi yang berprestasi ada rewardnya, naik pangkat. Itusangat terasa, fasilitas kehidupan dasar dipenuhi," katanya.

Sentuhan Pak Bus itu juga diakui Guritno telah menjadikan dirinya mampu meraih jenjang tertinggi dalam karirnya sebagai pegawai negeri yaitu menjadi Sekretaris Menteri.Kenangan lain yang juga sulit dilupakan adalah kebiasaan Pak Bus untuk makan bersama dengan stafnya. "Biasanya ketika makan, ia akan tanya kebutuhan apa yang masih kurang," katanya.Kesempatan itu tidak disia-siakan para stafnya yang biasanya menyampaikan berbagai kebutuhan perkantoran yang masih kurang. "Biasanya begitu kita sampaikan, besok kita sudah disuruh membeli apa yang kurang," katanya.Perhatian besar Pak Bus terhadap koperasi juga diwujudkannya dengan selalu datang pada setiap acara halal bihalal yang digelar Kementerian Koperasi dan UKM."Pada saat halal bi halal tahun lalu, beliau meski harus dituntut masih menyempatkan diri untuk datang," kata Guritno yang bertemu terakhir Pak Bus sebelum berobat ke Amerika Serikat.

Kenangan juga disampaikan oleh Deputi Pengembangan dan Restrukturisasi Usaha Kementerian Koperasi dan UKM, Choirul Djamhari yang berpendapat Bustanil merupakantokoh yang berperan memangkas proses birokrasi soal koperasi yang semula berbelit-belit."Prakarsa beliau yang mengusulkan adanya sekretaris Menteri Muda Urusa Koperasi terbukti mengurangi birokrasi terkait koperasi," katanya.

Choirul yang sempat merasakan kepemimpinan Bustanil Arifin menilai Bustanil telah memberikan contoh kualitas kepemimpinan yang sangat regeneratif.Menurut dia, semua pegawai di lingkungan departemen yang dipimpin Bustanil ketika itu baik di tingkat pusat maupun daerah dapat merasakan kedermawanan, jiwa sosial, dan kesantunan tokoh tersebut."Selamat jalan, Pak Bus," kata Choirul yang mengaku sempat diberi uang saku oleh Bustanil Arifin saat berpamitan untuk melanjutkan studi ke Amerika Serikat. 
  •  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar